Balik ke teman saya tadi, maka sayapun terima tawarannya. “ikut memikirkan logo” tadipun berakhir dengan eksekusi di atas kertas dan berakhir menjadi seperti ini :
Untuk membuat nilai tambah di “nasi kucing”nya, teman saya menambahkan menu panggangan “grill” untuk lauknya. Berangkat dari situ awalnya saya membubuhkan efek api pada kata-kata grill agar ia tampak seperti di panggang beneran.
Teman saya menambahkan ide untuk meletakkan gambar kucing beneran yang sedang di panggang di atasnya! (waa…mulai gokil ni..) Tanpa sepengetahuan beliau saya hilangkan saja kucing tadi dan tidak jadi menggunakan “grill” yang terbakar. Karena efektifitas sebuah logo akan berkurang ketika terlalu banyak icon di dalamnya.
Saya teringat salah satu postingan di blog ini yang mengatakan kalau logo harus simple, jadi mudah di ingat oleh konsumen. That’s a keyword!, saya harus sederhankan agar logonya fungsional serta universal. Universal dalam konteks makna logo harus bisa diterima oleh semua orang yang melihat. Karena dari wawancara singkat saya dengan kerabat dekat yang belum pernah mendengar nasi kucing, mereka membayangkan nasi makanan kucing beneran yang sama sekali tidak layak untuk dimakan. (nah loh!). Menimbang kebutuhan klien (baca : teman saya) dan konsumen dari semua lapisan, saya harus berpikir bagaimana memunculkan logo yang unik, lucu sehingga baik orang yang tahu ataupun tidak tahu tentang nasi kucing akan menerima dan mengingat dari sisi positif saja. akhirnya saya menggunakan simbol Ampersand (&) untuk dijadikan icon yang menjadi simbolisasi dari kucing.
Bentuk akhir logo :
Tulisan nasi kucing dalam bentuk lower case agar pesan panganan ini sebagai jajanan yang murah meriah tetap terjaga, kata-kata grill dan simbol ‘&” saya sejajarkan dengan huruf “n” dan “I” agar lebih menarik dan meningkatkan kontras.
Kepuasan dari semua proses ini adalah ketika logo ini diterima oleh Teman saya yang baik hati itu, namun tentu saja perjalanan belum selesai. Ujung dari semua cerita ini adalah berhasilnya produk untuk tidak hanya masuk tapi melekat di hati konsumen dimanapun, kapanpun ia berada. Maka selanjutnya yang dibutuhkan adalah strategi branding dan positioning produk agar lebih konsisten di mata konsumen.
Aplikasi logo pada berbagai media :
Bagaimana pendapat kamu terhadap logo diatas?
Berikan masukan, saran, maupun pertanyaan dengan berkomentar! :)
tentang penulis
Angga
Desainer grafis dan seorang antropolog. Menemukan semangat baru ketika melihat desain grafis dari sisi seorang Antropolog. Mencoba menggabungkan seni grafis ke dalam etnografi, dan mengaplikasikannya dalam dunia nyata.
email : angga.rizal[at]gmail.com | twitter : @anggaishere
view all post by Angga
Tetap update informasi, tips, dan tutorial desain grafis dengan mengikuti FACEBOOK dan TWITTER Desain Studio!
bagus banget. memiliki dasar. tapi saya kira, apakah logo itu sudah bisa menunjukkan pencitraan tentang 'makanan' itu sendiri? thank's
@Masbas : Logo memang tidak harus mencitrakan produk yang diwakili. Coba lihat logo Apple Computer yang jauh sekali "citra"nya dari produk yang mereka jual, atau Nike yang sama sekali tidak menggambarkan sepatu. Namun logo2 dua perusahaan tsb berhasil membangun "citra" yang kuat di benak konsumennya, bahkan sebagian menjadi fanatik.."kalo g Mac, gua g mw pake" kata seorang teman.
Pencitraan itu sendiri akan terbantu dengan branding yang tepat. Jadi adanya logo bukanlah final dari semua process untuk membangun citra.
Tapi apakah kita bisa samakan konsep yang digunakan disini (nasi kucing)dengan brand sebesar apel/nike yang jelas beda segmen jenis produk maupun pangsa pasarnya? tq
se7 masbad, baiknya kesan kulinernya lebih kena krn konsumennya masyarakat yang rasa laparnya tinggi...
klo logo ketoprak bisa di buat ga....terima kasih sebelumnya
ROMDAN:
saya suka, simple bgt. gak ribet2 tp kena...
mantap, desainnya inspiratif...
skarang kita coba dengan sup buah dan salad ya...
:)
desainnya jelek,ga maksud.