20100628 10

Selera pada Desain Grafis

in , , ,

Selera pada Desain GrafisMemiliki selera adalah hal yang manusiawi. Setiap orang punya selera, baik tua maupun muda. Tidak ada yang salah dengan selera, karena manusia diciptakan berbeda-beda dan setiap orang berhak atas hasrat menyukai terhadap apa pun yang menarik baginya. Disadari maupun tidak, hampir setiap keputusan yang kita ambil sehari-hari dikendalikan oleh selera kita. Mulai dari hal-hal mendasar seperti memilih gaya rambut, makanan favorit, sepatu, dll, sampai kepada hal-hal yang rumit semisal memilih pasangan hidup. Yeah, itu semua selera. Dan setiap orang berhak punya selera.

Lantas bagaimana dengan selera masing-masing orang terhadap hasil dari suatu karya desain grafis? Sama..!, dalam desain grafis pun setiap orang punya seleranya masing-masing. Contoh kecil saja, berbeda orang maka berbeda pula warna favoritnya. Ada yang suka warna merah, biru dan sebagainya. Belum lagi jika bicara masalah seberapa besar kadar kesukaan orang terhadap warna favoritnya. Bisa jadi ada yang biasa saja, bisa jadi ada yang cukup fanatik, sampai-sampai segala macam aksesoris, pakaian yang dikenakan, sampai kamar tidur harus mengandung unsur warna tersebut. Itu baru warna, belum lagi kita membahas keseluruhan elemen-elemen lain yang terkandung dalam desain grafis, Pasti kita akan menemukan lebih banyak perbedaan lagi.

Perbedaan atas dasar selera ini lah yang kadang (atau sering) menimbulkan suatu kondisi yang biasa disebut "never ending revision", yaitu suatu kondisi dimana klien tidak berhenti merevisi hasil karya yang telah dikerjakan desainer grafis, sepertinya tidak pernah puas. Kondisi ini seringnya membuat desainer grafis stress berat. Saya yakin hampir semua desainer grafis pernah mengalami kondisi yang mirip seperti ini.

Selera dalam desain grafis adalah selera yang dibangun berdasarkan pertimbangan estetika/seni. Menurut Immanuel Kant, salah seorang filsuf terkenal dunia, pertimbangan estetika adalah pertimbangan yang didasarkan atas selera seseorang terhadap apa yang dinilainya bagus, cantik, menarik, dll. Pertimbangan estetika ini didasarkan pada perasaan subjektif dan sifatnya sangat relatif. Pertimbangan estetika seperti inilah yang memunculkan istilah "selera bagus" (good taste) dan "selera jelek" (bad taste). Walaupun demikian, dilandasi atas dasar apapun, kita tidak berhak untuk menjudge seseorang punya selera bagus atau pun jelek.

Immanuel Kant juga tidak mengakui adanya "selera bagus" atau pun "selera jelek". Menurutnya, selera yang ada itu adalah selera pasar. Selera pasar inilah yang kemudian menjadi patokan dalam dunia advertising dan media sampai dengan hari ini.. Tidak jauh, kenapa sinetron-sinetron indonesia tetap bertahan dengan ide cerita yang itu-itu saja? Tentu karena pasar suka dengan cerita yang itu-itu saja. Sesuai dengan prinsip dasar dalam teori ilmu ekonomi, ada permintaan maka ada penawaran.

Lantas bagaimana pengertian selera pada desain grafis menurut anda? jangan ragu untuk share pendapat anda melalui kolom komentar :)

Share On:

10 Responses to “ Selera pada Desain Grafis ”

  1. Menurut saya, ketika berurusan dengan orang lain (bukan orang lain) sebaiknya kita menghindari selera pribadi, misalnya menggunakan warna-warna aman seperti abu-abu, menghindari penggunaan tekstur berlebih. Kecuali jika kita sudah punya gaya sendiri, misalnya Nik Ainley dengan efek teks, Tony Ariawan dengan warna ungu dan pink-nya, atau Chuck Anderson dengan warna mencolok.

  2. Jadi bingung ne...
    dalam menentukan selera masing masing..
    tapi, kebingungan itulah yang membuat seorang desaigner graris menjadi lebih maju..
    chayo! designer indonesian!

  3. Menjadi designer grafis sebaiknya mengajarkan klien bagaimana design yang baik dan benar, perlu diingat para klien melihat portofolio kita sebelum memakai jasa kita, jadi mereka sudah tau bagaimana selera kita, dan karena mereka menyukai selera kita makanya mereka menggunakan jasa kita sebagai designer grafis,

    Dan menurut saya designer haruslah memeliki selera yang berbeda dengan designer yang lain yang tentu saja selera kita harus lebih baik, jadi ada nilai lebih..

    menurut saya sih seperti itu..

  4. walaupun desain grafis itu seni terapan, selera si desainer tetap menjadi ukuran.. terkadang selera pasar juga bisa salah. coba lihat iPhone, atau produk2 apple yg lain, apa ada yg berdasarkan selera pasar? yg ada malah pasar ngikut selera apple alias steve jobs :)

    the bottom line, siapa sih yg ga suka sama sesuatu yg bagus cantik efektif? bahkan target market golongan C juga suka kok di kasih desain/karya yg menarik

  5. ajir says:

    @ Jeprie: Masalah selera mmg rumit, kadang idealisme desainer jg hrs diabaikan. Tapi punya style sendiri sangatlah bagus, walau klien akhirnya 'memaksa' kita utk ganti style utk setiap project :D
    @ Jaka : Yup! semoga desain grafis Indonesia makin maju kedepannya.
    @ Narsis : kompetitif dalam desain harus, tp ttp sehat..ttp harus saling share, ayo bg martop, apdet lg!!! :D
    @ Richard : Desainer ttp menjadi panutan dalam hal selera, salah satu faktor kenapa dia disebut desainer. punya selera bagus adalah kunci utama buat jd desainer yg bagus. Saya suka dengan gaya iklannya adidas yg sering makai konsep jalanan utk iklannya, dikemas cukup unik dan menarik, mungkin maksudnya pingin nyentuh target market yg golongan C itu y bg.. :)

  6. Setuju dengan Mas Jeprie. Desain "berbeda" dengan seni, cenderung lebih oportunis, ikuti selera pasar, ikuti kemauan konsumen :)

  7. seorang mempercayakan desainnya kepada desainer berarti dia menganggap desainer itu lebih pintar darinya, makanya seorang desainer juga harus pandai2 memberikan keterangan dan meyakinkan atas desain yg akan di berikan kepada clientnya.. keep design

  8. Kagak ngarti soal selera. Yang jelas waktu buat cover rada-rada ribet nurutin maunya "pemesan". Oh, ya, ada ide gak buat bikin cover publikasi? Judulnya "Aceh Barat Daya dalam Angka", isinya data tentang ABDYA (geografis, sosial, keuangan, perhubungan, dll). Enaknya tata letanya gimana? Trus font yang bagus dan cocok buat publikasi formal apa ya?

  9. ajir says:

    @Millati ; Biasanya desain untuk corporate yg formal-formal aja..tata letaknya standar, cuma harus perhatiin grid dan harus clean (bersih, rapi-red). Fontnya juga yg formal seperti Helvetica, Myriad Pro, Arial, Lucida, dsb. Sedikit saran, mungkin bisa mainin typography berupa angka-angka utk layout.. :)

  10. selera desain grafis menurut saya adalah,dimana ketika seseorang itu telah klop atau merasa pas dengan desain atau bentuk yang tercipta dalam bentuk apapun.

Leave a Reply