20100926 28

Kenapa Semua Orang Merasa Bisa Desain!?

in , , ,

Jika kamu pergi ke dokter gigi, apakah kamu berani mengajarkan cara mencabut gigi yang baik kepada dokter? Mungkin saja, jikalau dulunya kamu adalah dokter gigi dan paham dibidang ini. Tapi kalau tidak!? Lantas kenapa banyak orang yang "mengajarkan" cara mendesain kepada desainer grafis? Inilah letak permasalahannya! Banyak orang menganggap desain grafis hanyalah pekerjaan yang membutuhkan pemahaman software grafis saja, dan bukan ide, konsep, dan tehnik penyampaian pesan. Seperti halnya kuli bangunan yang mahir dalam mengaduk semen, menyusun bata, dan membuat rangkaian bangunan yang kokoh, tapi tidak punya kemampuan membuat ide dan konsep mendirikan sebuah bangunan seperti arsitek.

Kenapa Semua Orang Merasa Bisa Desain




Contoh Kasus

"Ini kayaknya warnanya kurang cocok, ganti merah aja!"

atau

"font-nya terlalu biasa, bikin bosan! bagusnya pake yang ada swirl-swirl-nya gitu..biar cantik!".

Kalau kamu bergelut dalam desain grafis, mungkin pernah mendengar komentar-komentar seperti ini dari orang-orang sekitar mengenai karya kamu. Namun sayangnya, komentar seperti ini bukan muncul dari orang yang paham dan mengerti tentang desain grafis, melainkan dari mereka yang awam dan tidak mengerti apa itu desain serta tehnik penyampaian pesan melalui sebuah karya visual.


Why?

Setiap orang mempunyai selera masing-masing terhadap objek apapun yang dilihatnya. 100 orang bisa menimbulkan 100 pendapat yang berbeda terhadap suatu objek. Ini disebut pertimbangan estetis, dimana selera disandarkan kepada apa yang menurutnya bagus, cantik dan menarik. Ini tentu saja relatif dan bersifat subjektif. Inilah sebabnya banyak orang yang "mengajarkan" desainer tentang apa itu bagus, cantik, dan menarik. Karena mereka merasa yakin, apa yang menurutnya bagus, pasti akan bagus menurut orang lain. Yeah, meskipun tidak bisa dipungkiri, terkadang selera non-designer kadang lebih bagus dari pada selera designer itu sendiri. Tapi seringkali (pengalaman pribadi) selera non-designer sangatlah buruk (setidaknya menurut saya).

Kenapa Semua Orang Merasa Bisa Desain


Solusinya?

Untuk mengatasi permasalahan ini, desainer harus paham dan mampu menjelaskan apa itu desain grafis kepada non-designer. Terlebih kepada klien, desainer harus punya alasan untuk setiap elemen grafis yang dibubuhkan pada setiap desain, baik itu warna, tekstur, bentuk (shape), dll. Hal ini akan membuat mereka paham bahwasanya desainer bekerja berdasarkan tehnik dan metode tertentu dalam menyampaikan pesan secara visual, dan bukan sekedar asal meletakkan elemen grafis pada sebuah karya desain.

Terkadang sebagian klien egois dan memilih agar kita mengikuti pertimbangan estetis-nya yang seringnya merusak penyampaian pesan. Misalnya, klien suka dengan font-font unik tapi sulit terbaca dan tidak relevan dengan keseluruhan konten desain. Kalau ini terjadi, cobalah menjelaskan dan memberi pemahaman. Kalaulah juga tetap ngotot, ikuti saja. Toh yang rugi nantinya klien itu sendiri. :D


Yup! Bagaimana menurut kamu? Jika punya pengalaman maupun solusi terkait permasalahan diatas. Silahkan berbagi melalui kolom komentar! :)

Tetap update informasi, tips dan tutorial desain terbaru dengan mengikuti facebook dan twitter Desain Studio!

Share On:

28 Responses to “ Kenapa Semua Orang Merasa Bisa Desain!? ”

  1. Saat ini, banyak orang yang karena bisa Photoshop atau Ai berani mengklaim sebagai desainer. Itu jadi persoalan juga karena akhirnya sebagian orang menganggap remeh desainer.

    Apalagi jika bicara desain minimalis. banyak orang tidak paham tujuan desain minimalis.

    Orang awam sering kali tidak tahu kapan harus berhenti mendesain. Seorang desainer menyebutkan bahwa dalam mendesain, kita tidak saja dituntut bisa mendesain tapi juga harus tahu kapan untuk berhenti.

    Pekerjaan terbaik seorang desainer adalah mendesain untuk desainer lain. Saya merasakannya ketika membuat mockup PSD, tidak ada kritik-kritik aneh, yang ada kritik membangun. Sebagai sesama desainer kita juga saling percaya.

  2. ajir says:

    @Jeprie : Ya bg, betul sekali! Kadang orang2 yg cuma mengandalkan kemampuan teknis seperti ini cenderung egois tidak pada tempatnya. Karya desain grafis yg seharusnya informatif jadi ajang pamer efek si desainer itu sendiri.

    Soal desain minimalis, saya sudah menyerah untuk menjelaskan! :D Banyak sekali klien yang berfikir akan rugi jika banyak ruang kosong di media desain..

  3. Betul sekali. Dalam membuat karya, seolah-olah semua teknik yang dia tahu harus digunakan semua. Sepertinya belum puas jika masih ada filter yang tidak digunakan.

    Kalau mendesain untuk bisnis murahan katanya memang harus begitu, semua ruang tidak boleh kosong. Itu saya baca di artikel Jason Santa Maria. Kalau dibuat minimalis kesannya malah terlihat mahal, tidak sesuai dengan target konsumen yang sama-sama murahan. Kalau projek begini tentunya tidak akan masuk portfolio kita.

  4. ajir says:

    @Jeprie : Hehe..setuju bg! Rasanya puas kalo projek desain bagus dan bisa dijadikan portofolio. Tp kalo yg begini, jangankan dipajang jd portofolio, nyimpen di kompie aj malas.. :D

  5. Rama says:

    betul juga..terkadang sy mnghadapi hal demikian, qt sudah mmberikan desain yg disesuaikan dg keinginan klien & mmbrikan kmampuan desain sy (konsep & pnampilan yg trbaik)..sy jelaskan knp bgini-knp bgitu,,namun balik lagi kritik/masukan yg terkadang krg sesuai dg pngalaman/ilmu yg sy plajari. tinggal pilihan kita: mo mnurut 100% pada klien (yg pntg kn duit :D ), or 100 % pada idealisme kita, or bagaimana qt bisa mnjembatani keinginan klien & mwujudkannya sesuai dg yg kita miliki.. :) ,or gmn yg baik mnrt anda? tks

  6. ajir says:

    @Rama: Hi Rama, thanks sudah sharing..
    memang ini masalah klasik yg banyak dirasakan banyak desainer. Salah satu faktor mungkin karena klien berfikir tentang tampilan grafis, dan bukan strategi penyampaian pesan.

    Ada baiknya sebagai desainer, kita memberikan penjelasan, ini mungkin tanggung jawab profesi sebagai desainer. Namun jika toh klien ttp ngotot, tidak ada pilihan lain bukan? :D

  7. terkadang untuk klien aku berikan berbagai disen,
    1. disen sesuai konsep n materi yg diberikan
    2. disen sesuai konsep n materi ditambah ide kita tentu yang pantas n bagus
    3. disen pembanding, contoh atau materi yg lama ku daur ulang
    4. disen pembingung, disen no.2 di rubah sedikit warna atau apa lah biar klien yg sok tau bingung hihihi
    5. disen penghancur, hihihiih kusebut gitu karna di bikin untuk tidak di pilih tapi untuk merusak konsentrasi klien tuk milih2 disen yg udah ada.
    kalau dia milih no.1 aku bilang aja itu terlalu flat, dan diarahkan ke no.2, karna meskipun dibayar tapi jika dirasa ga srek di hati atau kurang bagus di mata kita n tentu saja di mata masyarakat itu kan merusak citra kita sendiri dengan memberi masukan2.
    yang parah dia ngotot pilih disen no.5 nah lohhh
    diam seribu basa

  8. ajir says:

    @pwalone: Haha..strategi yg bagus!

    Kalo pengalaman saya pribadi, kebanyakan klien sih milih yg no.5.. :D

    Tp ttp juga dianjurkan pilih yg bagus dan ngomong panjang lebar ttg : strategi penyampaian pesan, relevansi tema, konsep penggunaan warna, tujuan penggunaan elemen desain, dll. Dan ttp aj diujung klien bilang: "Tapi kayaknya saya udh sreg sama yg ini.." sambil nunjuk desain yang paling hancur.. :D

  9. Semua orang mempunyai kesenangan sendiri dalam desain walaupun tak harus menjadi ahli setidaknya mereka mempunyai selera sendiri

  10. Anonim says:

    desain emg selalu bisa memikat banyak orang, namun mungkin sebagian besar adalah penikmat, bukan desainer sejati.

  11. ajir says:

    @grandchief : Yup, benar sekali! setiap orang punya selera masing-masing dan berhak mengutarakan pendapat terkait pertimbangan estetis yg dirasakannya. Tp ketika kita berhadapan dgn tujuan tertentu (dalam desain). Mempertahankan selera pribadi yg akan merusak penyampaian pesan adalah egois dan tidak pada tempatnya. hasilnya, jika org tsb adalah klien, maka dy yang akan rugi sendiri. :)

    @Cereeta: Ya, seperti arsitek yg merancang bangunan dgn berbagai pertimbangan, dan kita menikmati hasilnya dgn fungsionalitas dan kemudahan pada bangunan tsb. :)

  12. bingung mau ngomong apa?? dah lama gak jumpa ama klien aneh2x..

    biasanya langsung percaya ama yang saya buat. Mungkin karena dah liat portofolio ya.

    ya moga-moga gak dapat klien yang aneh2 lagi. AMpun dah pokoknya..

  13. ajir says:

    @IkazNarsis: Hmm, sepertinya yg sepertinya hal-hal kaya gini bakal trus ad dan ga akan pernah hilang. kecuali kalau klien sadar bahwa desainer tau bagaimana caranya menyampaikan pesan dalam tampilan visual. Krn kalau bicara pertimbangan estetis tidak akan pernah ada ujungnya.. :)

  14. Setuju banget. kadang saya sedikit kesal sama orang2 yang langsung nganggap dia desainer hanya karena bisa make software2 grafis.

    Mungkin hal ini juga yang nyebabin (sebagian) orang2 awam jadi kurang menghargai bidang ini, soalnya dianggap smua orang bisa.

    Yah, semoga ke depannya pemikiran seperti itu semakin berkurang deh. :D

  15. ajir says:

    @Vincent: Betul Vincent! Software atau aplikasi cuma tool untuk eksekusi, yg terpenting adalah proses merancangnya (desain).

  16. Bener banget nih.
    Walaupun saya bukan desainer grafis.
    Tapi saya suka dengan desain2 minimalis.

    Saya pernah bisnis kaos distro dengan temen. Pada awalnya saya memberikan konsep desain yang minimalis untuk kaos tersebut agar terkesan elegan. Tapi temen saya malah ingin yang rame dan full sablon. :hammer:
    Karena dia yang punya duit akhirnya saya ngalah aja.
    Dan terbukti kaosnya kurang diminati. :(

  17. Biasanya saya kejar dengan data statistik, atau standar yang baku dan umum sebagai acuan keputusan desain, karena data dari jenis seperti ini sulit dibantah.

    Tapi terkadang ada juga client yang tetap lebih percaya dengan insting atau analisis personalnya; atau memang punya masalah dalam percaya pada orang lain. Dalam hal ini ya desainer harus pintar-pintar menimbang kapan waktunya berjuang, kapan waktunya angkat tangan :D

    Regards,
    Bayu Amus

  18. tulisan anda seolah memberi cubitan tentang apa itu taste non designer dan designer.

    :)

  19. ajir says:

    @dimasangga: sebenarnya minimalis atau tidak, itu hanya style saja. Yang penting adlh eksekusinya. Selama konsepnya menarik dan eksekusinya baik, suatu karya pst menuai hasil.

    @Bayu Amus: Iya, bagus juga kalau klien diberikan acuan standar umum. Jadi klien bisa meraba standar desain yang baik itu seperti apa..
    Thanks Mas Bayu sudah sharing!

    @Huang: hehe, tidak juga. Terkadang taste non-designer malah lebih baik! Tapi acuan untuk taste ttp harus pada desainer. Krn punya taste bagus adalah salah satu syarat utama jadi desainer! :)

  20. Suprisingly, desain yang saya buat asal-asalan malah dikasi harga tinggi oleh client. Yang saya anggap bagus malah dibilang jelek. Ajaib bener client saya yg terakhir ini.

    At the end of the day, semua balik lagi ke masalah selera. Sekarang tergantung para desainer aja pinter-pinter mengedukasi clientnya, supaya bisa diarahkan ke jalan yang benar haha

  21. ajir says:

    @Adhie: Haha, bener banget! edukasi untuk klien memang perlu, bukan maksud mengajari, tp memberi solusi kepada klien. Sayang bgt kalo budget desain yang tinggi tidak menghasilkan impact hanya karena klien egois sama pertimbangan estetisnya.

  22. Anonim says:

    so? bagaimana mengukur diri kita? kapan kita pantas untuk disebut seorang designer? aku juga bingung kenapa ya koq terbetik pertanyaan seperti diatas? ada yang mau menjawab? -->
    bio_simplehouse@yahoo.com

  23. :) seperti pengalaman pribadi. ampun kalo ketemu klien kayak gitu.

  24. sekedar nyimak aja ya gan
    mantab nih gan Postingannya
    sangat berguna untuk menambah wawasan
    untuk Download Game dan Aplikasi Pc dan Symbian, silahkan kunjungi :
    www.symbianers60v3.co.cc

  25. semua orang desainer! klien butuh puas bukan butuh teori

    apa anda tau?

  26. Anonim says:

    Maaf mas, batas kepuasan itu sendiri dimana? Bahaya nih kalo desainer cuma terpaku sama klien puas soalnya batas kepuasan seorang klien itu MURAH, apa anda tau? Yah kalo situ murahan sih pas.. Upss

  27. Riza says:
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
  28. Riza says:

    ada yang bisa mengajarkan saya menjadi desaigner sejati ?
    please email me Riza.yuandi@yahoo.com

Leave a Reply